tugas art of culture
Nama:dahliarti
GBD:Ronaldo Rozalino
Celas:XI Ipa Satu
Schuel:Sma pintar
Tari Piring
30-05-2008 02:03
Tarian Piring merupakan seni tari yang dimiliki oleh orang Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat. Tarian tersebut menggambarkan rasa kegembiraan dan rasa syukur masyarakat Minangkabau ketika musim panen telah tiba, dimana para muda mudi mengayunkan gerak langkah dengan menunjukkan kebolehan mereka dalam mempermainkan piring yang ada di tangan mereka.
Tarian ini diiringi lagu yang dimainkan dengan talempong dan saluang, yang dimana gerakannya dilakukan dengan cepat sambil memegang piring di telapak tangan mereka. Kadangkala piring-piring tersebut mereka lempar ke udara atau mereka menghempaskannya ke tanah dan diinjak oleh para penari tersebut dengan kaki telanjang.
Kesenian tari piring ini dilakukan secara berpasangan maupun secara berkelompok dengan beragam gerakan yang dilakukan dengan cepat, dinamis serta diselingi bunyi piring yang berdentik yang dibawa oleh para penari tersebut. Pada awalnya sejarah tari piring ini memiliki maksud dalam pemujaan masyarakat minangkabau terhadap Dewi Padi dan penghormatan atas hasil panen. Namun pada jaman sekarang tarian tersebut lebih sering diadakan pada acara pernikahan.
Tari Piring ini menjadi sangat digemari bahkan di negeri tetangga juga seperti Malaysia tari ini sering dibawakan. di luar negeri tari piring dikenal dan disenangi karena tarian ini memiliki gerakan yang enerjik, bersemangat, atraktif, dinamis, serta gerakan dari tari tersebut tidak monoton sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton Tari Piring.
Tari tortor
Tortor, gondang dan ulos adalah padanan dalam seni budaya Batak. Di Tobasa dua tahun terakhir ini menjelang perayaan kemerdekaan RI dilakukan festival tortor Batak.
Pakaian merupakan kriteria yang mempengaruhi penialaian. Kepandaian menari harus dipadankan dengan pemahaman pakaian tradisional, demikian kesimpulan yang ditetapkan para utusan setiap kecamatan dengan dewan juri. Pada festival tortor tahun ini pemenangnya adalah kontingen Kecamatan Sigumpar.
Di Propinsi Sumatera Utara juga diadakan Festival tari tradisional. Tobasa yang diwakili siswa SMA Negeri 1 Balige berhasil mendapat kejuaraan.
Kedua kelompok tari pemenang kejuaraan ini dipagelarkan usai peringatan detik-detik kemerdekaan RI ke 62 di lapangan Sisingamangaraja XII Balige.
Ada dua hal yang kelihatan berbeda diantara penampilan kedua kelompok itu walaupun sama-sama tortor batak dan diiringi gondang Batak.
Juara propinsi itu banyak menyimpang dari kriteria penjurian festival tortor di Tobasa, antara lain keluwesan gerak dan pakaian tradisional. Walau sama-sama ulos batak, tapi penggunaannya berbeda.
Hoba-hoba ulos yang dililitkan di pinggang sampai kaki tidak lajim menggunakan punsa (namarulu). Perempuan toba biasanya pakai selembar lagi ulos dililitkan di dada yang disebut hohop. Tali-tali harus dari ulos dan dililitkan di kepala. Ada satu sebutan kepandaian bagi putra batak yang disebut; “namalo martali-tali”. Lilitan ulos hoba-hoba harus menutup ke kiri. Hindarkan penggunaan ulos bukan Toba, misalnya sadum angkola.
Bandingkan dengan juara propinsi itu. Mereka menggunakan ulos namarulu (punsa) untuk hobahoba dan dililitkan menutup ke kanan. Sampe-sampe adalah sadum angkola. Para penari prianya tidak menggunakan tali-tali, tapi topi melayu.
Beruntung bila para dewan juri di Sumut tidak terlalu terikat kepada penggunaan assesori tepat material dan tepat guna sehingga Tobasa mendapatkan kejuaraan.
Ada yang menarik hati dalam mengisi acara hiburan dari salah satu perguruan Islam di Balige. Mereka menggunakan jilbab dan ulos batak, kreasi tortor-toba dan gondang untuk menghibur penonton. Siapa bilang mereka tidak pandai manortor dan tidak menggunakan ulos? Ternyata musik batak akrab di telinga mereka. Horas generasi muda muslim Tobasa.